Guilty Conscience

Bavinck menuliskan bahwa Guilt (rasa bersalah) adalah salah satu dari hukuman atau konsekuensi yang timbul dari dalam diri manusia akibat dosa. Bavinck mengatakan bahwa Guilt adalah pengalaman emosional yang muncul sebagai akibat seseorang (disebut sebagai pelaku), tidak melakukan sesuatu yang menjadi tanggung jawabnya atau melakukan sesuatu yang tidak seharusnya. Rasa bersalah inilah yang kemudian mendorong manusia untuk bertindak melakukan sesuatu agar dapat menghilangkannya. Realita ini dapat kita lihat pada semua agama, bahwa ketakutan mereka pada Tuhan akan rasa bersalahnya jauh lebih besar daripada percayanya pada Tuhan. Menarik ketika Bavinck juga mengatakan bahwa sebelum kejatuhan, manusia tidak memiliki ‘conscience’, karena kondisi manusia sebelum kejatuhan tidak terdapat ‘gap’ antara realita diri mereka dengan diri mereka yang seharusnya. “Being and self-consciousness were in harmony. But the fall produced separation”. Hal ini menjadi sebuah bukti yang sangat jelas bahwa karena dosa terjadi pemisahan antara manusia dan kebenaran Allah yang semula tertanam dalam hatinya. Rasa bersalah dan kesadaran akan rasa bersalahnya adalah dua hal yang berbeda. Karena kemurahan Allah, manusia masih memiliki sedikit kesadaran terhadap rasa bersalahnya. Bavinck mengatakan bahwa kesadaran ini akan semakin nyata dan jelas jika manusia semakin mendekat kepada kebenaran Tuhan yang akan terus mengoreksi kesalahannya.

Manusia yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, memiliki emosi yang menciptakan berbagai rasa dalam kehidupannya. Guilt sendiri masuk dalam bagian emosi negatif yang ingin dihindari oleh manusia, tetapi Allah justru memakai Guilt agar relasinya dengan manusia tidak terputus sama sekali. Guilt yang menjadi hukuman akibat dosa, ternyata juga dipakai oleh Allah untuk menarik kembali manusia datang kepada-Nya. Allah kita sungguh luar biasa, Dia sanggup untuk mengubah yang jahat yang ada dalam diri manusia untuk mendatangkan kebaikan (Rm.8:28). Penulis juga sependapat dengan Bavink yang mengatakan bahwa ‘guilt and the consciousness of guilt are not the same’. Menurut penulis guilt mendorong manusia untuk melakukan sesuatu agar dapat mengurangi rasa bersalahnya, tetapi consciousness of guilt adalah pekerjaan Roh Kudus yang membawa manusia mengalami pertobatan yang sejati, yaitu kesadaran penuh akan dosa-dosa dan kesalahannya sampai kepada titik dimana manusia sadar bahwa tidak ada yang dapat dilakukannya untuk dapat mengurangi rasa bersalahnya, selain memohon pengampunan dari Tuhan. Di sinilah manusia mulai bergantung pada Tuhan dan kebenaran-Nya, dan tidak lagi mengandalkan kemampuan dirinya dan kebenarannya sendiri.    

Rasa bersalah telah digantikan oleh Tuhan dengan rasa bersyukur, oleh karena anugerah keselamatan yang telah diberikan pada manusia, yang tidak layak menerimanya. Meresponi panggilan-Nya dalam kehidupan kita, harus menjadi prioritas utama dalam hidup ini. Kiranya Tuhan semakin memberi kesadaran dan kepekaan terhadap dosa agar dalam menjalankan panggilan-Nya tidak mengikuti derasnya arus dunia yang dapat menghanyutkan.

Leave a comment