The Knowledge of Good and Evil

Bavinck menyoroti satu hal yang sangat menarik, yaitu seperti yang tertulis dalam Kej 2:9, di tengah Taman Eden terdapat 2 pohon yaitu pohon kehidupan dan pohon tentang pengetahuan yang baik dan yang jahat. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah yang dimaksud dengan pengetahuan yang baik dan yang jahat tsb? Penjelasan yang paling sering kita dengar adalah ketika manusia memakan buah dari pohon tentang pengetahuan yang baik dan yang jahat tsb, maka mereka tidak hanya memiliki pengetahuan tentang yang baik saja tetapi juga yang jahat ada di dalam diri mereka. Dampak dari memakan buah tsb bahkan dapat membuat manusia kehilangan pemahaman akan kebenaran Allah. Pengetahuan yang dimaksud sudah pasti bukan pengetahuan intelektual atau moral, yang telah dimiliki oleh manusia saat diciptakan serupa dan segambar dengan Allah. Hal ini dapat kita ketahui karena setelah manusia diciptakan, Allah memberikan perintah-Nya agar manusia menguasai bumi dan makhluk-makhluk ciptaan lainnya serta tidak memakan buah dari pohon yang terlarang. Hal ini menunjukkan manusia telah diciptakan dalam kondisi manusia dewasa yang telah memiliki hati nurani, akal budi and kehendak untuk dapat memilih menaati atau tidak menaati perintah Allah. Jadi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat tsb haruslah memiliki makna yang berbeda. Menurut Marti, pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu adalah kemampuan untuk berdiri pada pemahamannya sendiri, caranya sendiri, dan hasratnya untuk memenuhi keinginannya sendiri yang dapat mereka kembangkan dan kebebasan independen dari otoritas Allah. Jadi yang penting di sini bukan content dari pengetahuan tetapi manner manusia dalam memakai segala potensi yang telah dimilikinya.     

Dua pohon yang berada di tengah Taman Eden mewakili dua akibat yang akan diterima oleh manusia saat memakan buahnya. Dikatakan kedua pohon sangat menarik tetapi salah satunya adalah pohon yang palsu, yang akan menipu manusia kepada banyak kesukaran, maut dan kebinasaan. Sedangkan pohon yang lainnya adalah pohon yang akan membawa kita kepada kehidupan. Sebenarnya jika dipikirkan benar-benar dan teliti, perintah Allah ini bukanlah menawarkan pada manusia sebuah pilihan melainkan sebuah larangan atau peringatan terhadap pohon yang berbahaya itu. Jika engkau melanggar peringatan ini maka engkau akan mati. Dampak yang ditimbulkannya sangat fatal, manusia terpisah dan tidak lagi memiliki ketergantungan terhadap Allah, Sang pemilik kehidupan. Manusia menjadi tidak percaya kepada Tuhan dan hanya bersandar pada pengertiannya sendiri (Ams.3:5). Manusia ingin menjadikan dirinya sama seperti Allah yaitu menganggap dirinya adalah kebenaran itu sendiri, kebenaran palsu yang hanya akan mencelakakan dan membawa dirinya kepada maut dan kebinasaan.       

Memahami bahwa perintah Allah sesungguhnya adalah bukan pilihan tapi lebih tepatnya merupakan sebuah larangan atau peringatan akan bahaya yang dapat dialami jika kita melanggarnya, maka sudah seharusnya kita menaklukkan akal budi dan kehendak kita di bawah otoritas pimpinan Allah. Jangan keluar dari otoritas dan kebenaran-Nya, yang sebenarnya justru untuk melindungi kita dari bahaya maut. Jangan termakan rayuan tipuan si iblis, tidak ada kebebasan yang sebebas-bebasnya. Seperti ikan yang bebas berenang selama dalam habitat lingkungannya, demikian juga manusia hanya dapat hidup jika tinggal di dalam Allah. Kebebasan yang terbatas adalah kebebasan yang sesungguhnya. Kebebasan tanpa batas hanya akan membawa kita kepada kematian.     

Leave a comment