The Trinitarian Way of Salvation

Bavinck menjelaskan bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus tidak dapat dipisah-pisahkan seperti anggapan bahwa Allah Bapa mencipta, Allah Putera menebus dan Allah Roh Kudus menguduskan. Semua karya penciptaan, penebusan dan pengudusan semuanya dikerjakan oleh ketiga pribadi Allah Tritunggal bersama-sama. Bavinck menjelaskan hal ini dengan menarik, yaitu mengapa dikatakan oleh Yesus dalam Yoh.7:39, bahwa Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya belum datang jika Dia belum dimuliakan? Jika memang karya pengudusan, penciptaan dan penebusan dikerjakan oleh ketiga pribadi Allah Tritunggal bersama-sama, mengapa Roh Kudus baru akan dicurahkan pada saat hari Pentakosta? Bavinck menjelaskan bahwa Kristus yang menjalankan tugas sebagai mediator tidak berakhir dengan penderitaan dan kematian saja, tetapi Dia masih tetap menjalankan pekerjaan-Nya sebagai Juruselamat kita, naik ke surga, kembali kepada Bapa dan dari surga tetap menjalankan fungsi dan perannya sebagai Nabi, Imam, dan Raja melalui karya Roh Kudus. “One is essence, the three Persons, in their varying activities, work together. By his humiliation the Son himself, after all, became a life-giving Spirit. He lives totally by the Spirit. “The death he died, he died to sin, once for all; but the life he lives, he lives to God” (Rom.6:10). He has fully attained immortality, the eternal life of the Spirit”.

Tuhan Yesus mengatakan dalam Yoh.14:23, “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya, dan diam bersama-sama dengan dia”. Perkataan Tuhan Yesus ini sebelumnya didahului dengan memberitahukan kepada murid-murid-Nya, bahwa Bapa akan memberikan seorang Penolong yang akan menyertai mereka selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran (Yoh.14:16-17). Roh itu diutus oleh Bapa dalam nama Yesus Kristus, Roh Kudus itulah yang akan mengajarkan dan mengingatkan segala sesuatu yang dikatakan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya. Jadi jelas saat Tuhan Yesus mengatakannya dengan menggunakan kata “Kami” akan datang dan diam bersama-sama dengan dia. Hal ini menunjukkan bahwa karya pengudusan dikerjakan oleh ketiga pribadi Allah Tritunggal secara bersama-sama. Roh Allah yang sama yang telah membangkitkan Yesus Kristus dari antara orang mati, kini diam di dalam kita (Rm.8:11).Dan Roh itu melalui kesatuan mistis orang percaya dengan Kristus, ikut bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah, ahli waris yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan kita terima bersama Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga ikut dipermuliakan bersama-sama dengan Dia (Rm.8:16-17).      

Dengan demikian kita akan menyadari sepenuhnya bahwa kalau memang kita telah menerima keselamatan itu, maka kehidupan yang kita hidupi sekarang ini adalah bukan milik kita sendiri lagi, melainkan ada Kristus yang hidup dan memerintah di dalam hati kita. Dengan kuasa-Nya, Dia akan mengubah orientasi hidup kita agar tidak lagi tertuju pada kehidupan yang sia-sia, tetapi hidup oleh iman yang bekerja dan termanifestasikan dalam setiap aspek kehidupan kita sehari-hari yaitu dalam keluarga, pekerjaan, dan sosial. Kuasa Roh-Nya yang kudus akan menguduskan dan menjadikan kita semakin serupa dengan Kristus.                

The Nature of Sanctification

Berkhof merangkumkan dengan baik sekali mengenai natur dari sanctification ini, yaitu sebagai berikut : “it is a supernatural work of God, it consists of two parts (the mortification of the old man, the body of sin & the quickening of the new man, created in Christ Jesus unto good works), it affects the whole man : body and soul, intellect, affections and will, it is a work of God in which believers co-operate”. Semua komponen dalam proses pengudusan tsb bekerja secara teratur dan ajaib, dikerjakan sepenuhnya oleh inisiatif dari Allah yang berkarya dalam diri manusia dan termanifestasi dalam kesadaran manusia yang sepenuhnya. Berkhof juga dengan tegas menyatakan menurut kesaksian dari Alkitab bahwa pengudusan bukanlah hasil dari proses natural pertumbuhan spiritual manusia yang agamawi atau hasil pencapaian manusia seperti yang diajarkan oleh teologi modern liberal. Pengudusan adalah karya ajaib Allah dan buah dari persekutuan dengan Yesus Kristus, yang dikerjakan oleh Allah dalam diri manusia, sehingga menimbulkan dua kesadaran yaitu sadar dirinya yang berdosa dan tidak layak di hadapan Allah yang kudus dan sadar bahwa dirinya yang sekarang adalah ciptaan yang baru yang telah dibangkitkan bersama dengan Kristus. Perubahan diri yang terjadi bukanlah perubahan agamawi yang sementara, tetapi transformasi keseluruhan diri manusia yang permanen dan meliputi seluruh aspek kejiwaannya, yang  memberi kesadaran dan orientasi baru untuk tidak lagi hidup bagi diri sendiri tetapi Kristus.     

Banyak ayat-ayat Alkitab menyaksikan bahwa pengudusan memang sepenuhnya inisiatif dan karya Allah sendiri, bukan karena usaha manusia. Berdasarkan pengalaman yang dialami oleh penulis secara pribadi, karya Allah dalam pengudusan sudah dimulai saat mata penulis dicelikkan dan mengalami pertobatan, yang disertai dengan adanya desire yang berubah dari dalam diri penulis. Awal-awal lahir baru, penulis tidak bisa lepas dari membaca Alkitab setiap hari, bahkan bisa seharian dan berlanjut lagi keesokan harinya, keasyikannya sama seperti kesukaan penulis menonton drama korea bahkan ini jauh lebih daripada itu, tidak pernah bosan dan tidak pernah selesai untuk memahaminya, selalu ada sesuatu yang baru yang disampaikan oleh Tuhan kepada saya. Selain membaca Alkitab, penulis juga sering mendengarkan khotbah2 yang membantu penulis untuk lebih memahami apa yang sebenarnya sedang terjadi dalam diri penulis saat itu dan mulai menyusun kepingan-kepingan puzzle teologi di dalam diri penulis. Berdasarkan pengalaman pribadi, maka penulis dengan berani dan tegas berkata bahwa pengudusan adalah sepenuhnya karya Allah yang ajaib, sungguh-sungguh bekerja dalam diri seseorang yang dilahirkan baru, mengubah seluruh aspek pikiran, perasaan dan kehendaknya, agar mampu melakukan hal yang berkenan pada Allah. Karya Roh Kudus yang melahirbarukan seseorang akan terus menjaga dan memelihara imannya agar jangan sampai ia terhilang dan tersesat, selalu waspada dan menjaga fokus hanya kepada Kristus. 

Marilah kita berdoa kepada Tuhan agar Dia selalu menyertai, menjaga dan memelihara iman kita semua, agar ditemukan-Nya tidak bercacat saat bertemu kembali dengan Kristus. Pengudusan tidak dapat dilakukan dengan usaha manusia sendiri, tetapi Roh Kuduslah yang bekerja dari dalam diri kita, menguduskan dan termanifestasi keluar dalam bentuk perkataan dan perbuatan yang berkenan pada Allah.

Loci Communes

Luther melalui karyanya yang terkenal, yaitu Loci Communes, edisi kedua tahun 1535 yang telah diperbaiki, menyatakan bahwa ada 3 komponen penting yang ikut terlibat dalam proses pertobatan seseorang. Ketiga komponen itu adalah the Word of God, the Spirit, and the Human Will assenting to and not resisting the Word of God. Urutan keselamatan menurut pengakuan iman Lutheran mengacu seperti yang tertulis dalam Kis.26:17-18, yaitu “calling, illuminating, converting, regenerating, justifying, renewing, and glorifying grace”. Dalam prosesnya diawali dengan sebuah panggilan yang memadai bagi setiap orang percaya, yang akan membuka mata mereka terhadap kebenaran firman Tuhan, dan kuasa Roh Kudus yang akan memimpin mereka kepada pertobatan yang sejati, mengalami regenerasi, dan dikaruniakan iman sebagai buah dari kelahiran baru. Dan hanya karena iman kepada Kristus inilah mereka dibenarkan dan memperoleh pengampunan atas dosa dan diangkat menjadi anak-anak Allah, dipersekutukan dalam Kristus, diperbaharui /dikuduskan dan dimuliakan bersama dengan Kristus. Lutheran berpendapat bahwa esensi yang terpenting dalam keseluruhan proses ini adalah iman dan pembenaran. Segala sesuatu tergantung pada iman,oleh karena itu fokus yang paling utama adalah mempertahankan iman. 

Berdasarkan pengalaman yang penulis alami sendiri saat menerima anugerah karya keselamatan Allah yang ajaib tsb, penulis merasakan sendiri bagaimana ketiga komponen yang disebutkan oleh Luther itu bekerja di dalam diri penulis. Malam itu setelah selesai kelas pendalaman Alkitab, penulis digerakkan untuk membaca kembali Alkitab sebelum tidur. Ada dorongan yang kuat untuk membaca hal yang belum tuntas saat berdiskusi dalam Pendalaman Alkitab di malam itu. Dan hal yang ajaib terjadi saat membacanya, untuk yang pertama kalinya dalam hidup, penulis merasakan mata dan hati penulis dibukakan dan penulis mulai dapat memahami dan larut asyik sekali dalam membaca Alkitab. Penulis tidak dapat berhenti membaca Alkitab, karena Alkitab menjadi begitu hidup dan seakan-akan berinteraksi langsung dengan penulis saat membacanya. Semenjak itu orientasi hidup penulis berubah, dan syukur kepada Allah, penulis boleh mengalami pertobatan yang sejati dan menyadari bahwa penulis ternyata telah begitu berdosa dan merasa diri sangat tidak layak untuk diselamatkan. Keseluruhan pengalaman itu begitu ajaib dan mengubah arah dan orientasi hidup penulis. Apa yang dialami oleh Luther dalam jiwanya sendiri telah memberikan pemahaman yang utuh terhadap Injil Yesus Kristus yang sesungguhnya. Ia juga baru dapat memahami “the true manner of penitence”, bahwa pertobatan itu bukanlah hanya sekadar pengakuan dosa yang berasal dari rasa bersalah atau dorongan agamawi, tetapi lahir dari kuasa Roh Kudus yang memberikan kelahiran baru bagi setiap orang percaya.     

Anugerah keselamatan yang telah kita terima melalui penebusan dan pengorbanan darah Yesus Kristus, haruslah bekerja dan menjadi bagian dalam hidup kita yang harus dipertanggung jawabkan dan dikerjakan. Karena jika dulu manusia lama kita tidak memiliki modal, tetapi sekarang Tuhan Yesus melalui Roh-Nya yang kudus, hidup dan bekerja di dalam diri kita, yaitu manusia yang baru. Marilah kita tetap tinggal dalam firman-Nya, membaca, menggali dan memahami apa yang ingin disingkapkan Allah melalui Alkitab kepada kita secara pribadi dengan penuh tanggung jawab. Berdoa agar selalu dimampukan untuk melakukan Firman yang telah dipelajari dan dipahami, sehingga kehidupan kita dapat menjadi seperti surat Kristus yang terbuka, yang dapat dibaca dan dilihat oleh setiap orang. Berusaha untuk hidup menjadi teladan bagi keluarga dan di mana pun Tuhan menempatkan kita untuk menjadi saksi-Nya.

The Outpouring of the Holy Spirit

Dalam Yoh.7:39 dikatakan bahwa Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada Yesus belum datang, karena Ia belum dimuliakan. Bavinck menjelaskan bahwa ini bukan berarti Roh Kudus belum pernah ada sebelumnya, karena Alkitab dalam kitab-kitab PL telah banyak menyaksikan keberadaan dari Roh Allah yang kudus ini. Kitab Injil juga telah menyaksikannya dalam peristiwa Elisabet dan Yohanes Pembaptis, yang penuh dengan Roh Kudus (Luk.1:15,41). Simeon yang dipimpin oleh Roh Kudus ke Bait Allah untuk berjumpa dengan bayi Yesus (Luk.2:26-27) dan Yesus sendiri telah menerima karunia Roh Kudus dengan tidak terbatas (Yoh.3:34). Bavinck mengatakan bahwa Roh Kudus adalah karya keselamatan Allah yang ketiga dari tiga karya-Nya yang terbesar bagi manusia, yaitu penciptaan, inkarnasi dan pencurahan Roh Kudus. Janji akan pencurahan karunia Roh Kudus yang ajaib ini, sebenarnya telah digaungkan berulang kali dalam kitab PL. Roh Allah yang kudus bukan hanya dikaruniakan kepada Yesus Kristus dalam segala kepenuhan-Nya (Yes.11:2), tetapi juga kepada semua manusia, laki2 dan perempuan, tua dan muda, hamba laki2 dan perempuan (Yoel2:28). Yohanes Pembaptis juga telah mengatakan bahwa ia membaptis dengan air, tetapi Yesus Kristus akan membaptis mereka dengan Roh Kudus yang akan menguduskan dan memurnikan hidup mereka agar layak menjadi umat-Nya (Mat.3:11).    

Pencurahan Roh Kudus dianugerahkan pada setiap orang percaya untuk memperlengkapi mereka agar dapat terus terikat kepada Kristus, tinggal pada pokok anggur untuk berbuah (Yoh.15:4) dan terus dimurnikan (Zak.13:9), agar sang mempelai wanita didapati tak bercacat cela saat kedatangan Kristus, sang mempelai pria (1Tes.3:13). Karunia Roh Kudus bukan untuk membuat orang percaya merasa lebih suci atau lebih hebat daripada yang lainnya, tetapi untuk saling membangun, menegur, mengoreksi, dan menasehati antara anggota tubuh Kristus agar dapat mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Kristus. Kedewasaan yang penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus (Ef.4:13). Dua karya aktivitas dari Roh Kudus adalah sebagai penolong yang diutus oleh Bapa dalam nama Yesus secara khusus untuk menyertai para murid-Nya seperti yang telah dijanjikan-Nya bahwa Ia tidak akan meninggalkan kita sebagai yatim piatu (Yoh.14:18). Roh Kudus dicurahkan dalam hati mereka untuk mengajar dan memimpin mereka kepada seluruh kebenaran (Yoh.16:13), selain itu Roh Kudus juga bersaksi kepada dunia bahwa segala perbuatannya adalah terbukti jahat. Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman (Yoh.16:8).   

Penulis sangat beryukur bahwa ketiga pribadi Allah yang Esa, begitu ajaib terlibat dalam mengerjakan karya keselamatan bagi umat yang dikasihi-Nya. Mari kita berusaha untuk menghidupi setiap hari dengan rasa syukur dan bertanggung jawab terhadap keselamatan yang telah dianugerahkan pada kita. Meminta pimpinan dan penyertaan-Nya dalam setiap aspek kehidupan kita, agar tidak mendukakan Roh Kudus dan dapat terus bertumbuh, berbuah, dan diperbaharui dari hari ke hari sebagaimana yang Tuhan kehendaki terjadi dalam kehidupan kita, dipakai sebagai alat-Nya untuk membawa keselamatan bagi keluarga dan sesama kita.

Covenant & Election

Bavinck menjelaskan adanya sebuah hubungan timbal balik antara covenant dan election dengan mengamati bahwa doctrine of the covenant secara konsisten telah mempertahankan juga, bahwa dengan cara Allah yang ajaib, seluruh karya keselamatan adalah hanya karena kedaulatan Allah. “The covenant of grace surpasses the covenant of works to the degree that Christ exceeds Adam”. Karena ketiga pribadi Allah Tritunggal secara intim ikut terlibat dalam menyempurnakan karya re-creation. The covenant of grace dengan efektif menyempurnakan dan mengamankan keselamatan orang-orang yang dipilih-Nya sesuai dengan kerelaan dan belas kasihan Tuhan. Tidak ada yang dapat menggagalkan maksud dan rencana keselamatan dalam kedaulatan Allah Bapa, karya penebusan Allah Anak, Yesus Kristus yang berperan sebagai perwakilan dan mediator dari Allah, dan penerapan realitanya yang secara ajaib dikerjakan oleh Allah Roh Kudus terhadap mereka yang menjadi milik Kristus oleh iman. Karya keselamatan yang agung ini adalah sepenuhnya pekerjaan dari Allah Tritunggal,yang mengusahakannya dengan sungguh-sungguh untuk keselamatan umat-Nya. Dengan demikian the doctrine of the covenant dan the doctrine of election, keduanya sama-sama telah menggaris bawahi bahwa keselamatan adalah hanya karena kasih karunia, pekerjaan dan kedaulatan Allah semata saja dari awal sampai dengan akhir. Namun Bavinck juga mengemukakan perbedaan di antara keduanya, yaitu “in election humans are strictly passive but in the covenant of grace they also play an active role”. Catatan penting dari Bavinck adalah walau karya keselamatan adalah sepenuhnya karena kedaulatan Allah tanpa usaha manusia, tetapi karya-Nya bekerja dalam diri natur manusia yang segambar dengan Allah, yang memiliki akal pikiran, kehendak dan perasaan. Oleh karena itu, Roh Kudus yang bekerja dalam diri manusia akan menumbuhkan iman dan buah pertobatan, sebagai tanda keselamatan dari Allah (Mrk.1:15).  

Keselamatan sepenuhnya adalah karya Allah yang agung dan ajaib, bukan karena usaha manusia. Sebab bukan kita yang memilih Allah, tetapi Allahlah yang memilih kita, dan Ia telah menetapkan kita untuk menghasilkan buah (Yoh.15:16). Kedaulatan Allah di dalam memilih adalah sesuai dengan kerelaan, belas kasihan dan kemurahan hati-Nya saja, tidak bergantung kepada kehendak atau usaha orang (Rm.9:15-16). Meskipun demikian, cara kerja Allah tidak lantas membuat manusia menjadi seperti robot yang dikendalikan sepenuhnya oleh sang Pencipta, tetapi melalui Roh-Nya yang kudus, parakletos akan mendampingi dan menolong kita, agar mampu untuk hidup taat dan melakukan perintah-perintah-Nya. Roh Kudus bekerja secara konkret dalam natur manusia yang kompleks, yang memiliki akal budi, kehendak dan perasaan. Di sinilah pertempuran yang sesungguhnya terjadi, sekarang kita telah memiliki modal untuk dapat melawan tipu muslihat iblis, dan tidak lagi dikuasai oleh kuasa kegelapan yang menjadikan kita budak dosa, sekarang kita telah dimerdekakan.   

Marilah kita meresponi karya keselamatan Allah dengan cara berdoa dan berjaga-jaga senantiasa sambil terus memunculkan kesadaran akan kejujuran relasi kita dengan Tuhan, bertanggung jawab terhadap apa yang kita katakan dan lakukan, agar semuanya itu dapat menjadi persembahan yang hidup yang berkenan kepada Tuhan.

The Age of Humanity

Dalam menguji doktrin evolusi mengenai perhitungan usia bumi dan kapan peradaban manusia dimulai, Bavinck memberikan sebuah pernyataan penting yaitu hal yang harus diingat adalah walau para scientist memberikan perhitungannya berdasarkan penemuan-penemuan pile dwellings, tulang-tulang dan tengkorak yang ditemui dalam gua-gua dekat Liege, Amiens, Dusseldorf dan banyak tempat lainnya, dalam rentang waktu tiga periode Arkeologi yaitu Stone, Bronze dan Iron Ages, semua perhitungan ini hanya berangkat dari landasan hipotesa yang jauh dari kepastian yang absolut. Hal ini berarti walau para scientist dapat menyebutkan estimasi perhitungannya yang begitu besar yaitu 10-100jt tahun tetapi mereka tidak memiliki dukungan material sejarah terhadap periode yang telah berlalu begitu lama. Menurut Bavinck, estimasi perhitungan akan lebih tepat jika memakai pendekatan dari catatan sejarah sebuah negara yang memiliki sejarah paling tua yaitu Mesir dan Babylonia. Dapat ditelusuri melalui hasil karya-karya besar mereka di masa lalu, namun hal ini juga akan mengalami kesulitan dalam menentukan kronologi sejarahnya karena setiap murid yang belajar sejarah kuno memiliki kronologi sejarah mereka masing-masing yang berbeda. Bavinck menyebutnya “it is a labyrinth without a thread to guide the inquirer. Only in the case of the people of Israel can we actually speak of a history and a chronology”. Fritz Hommel mengatakan kronologi 1000 thn pertama B.C. tercatat dengan sangat baik, 1000 thn kedua B.C. hanya ada beberapa poin yang pasti dan 1000 thn ketiga, yaitu 2000 B.C. segala sesuatunya menjadi tidak pasti. Menurut Bavinck, estimasi perhitungan yang paling dapat dipercaya adalah sekitar 5000-7000 B.C. Berdasarkan perhitungan yang biasanya dimulai dari banjir yang terjadi pada zaman Nuh yaitu 2348 B.C., ada rentang periode selama 450 tahun sampai pada masa panggilan Abraham yang terjadi pada 1900 B.C., rentang waktu ini cukup lama untuk munculnya kerajaan-kerajaan yang cukup kuat, yang berkembang di area sepanjang Sungai Efrat dan Nil.

Penulis setuju dengan pandangan Bavinck bahwa estimasi usia bumi dan dimulainya peradaban manusia sekitar 5000-7000 B.C, mendekati perhitungan mundur yang dimulai dari terjadinya banjir Nuh pada 2348 B.C. Hal ini juga selaras dengan catatan Alkitab tentang kisah penciptaan bumi dan manusia pertama Adam dan Hawa yang terjadi selama 6 hari. Lamanya waktu satu hari dalam catatan Alkitab bisa dipahami berdasarkan 2 Pet.3:8 yaitu di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari. Kesaksian Paulus di Areopagus pada orang-orang Yunani dalam Kis.17:26 juga telah meluruskan isu asal usul manusia bahwa dari satu orang saja, Allah telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi dan menentukan musim-musim bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka.         

Penulis sangat bersyukur pada Tuhan karena hanya anugerah-Nya, kita boleh memiliki pemahaman yang absolut melalui wahyu khusus-Nya. Tanpa terang dari wahyu khusus tidak mungkin kita dapat memahami wahyu umum secara tepat bahkan dapat berkontradiksi. Ilmu yang dapat kita temukan melalui kebenaran wahyu umum seharusnya dapat memperkaya pengenalan kita terhadap Allah (wahyu khusus), yang tentunya akan semakin meneguhkan Iman kita dan bukan sebaliknya malah menjauhkan kita dari kebenaran Tuhan yang mutlak.   

Guilty Conscience

Bavinck menuliskan bahwa Guilt (rasa bersalah) adalah salah satu dari hukuman atau konsekuensi yang timbul dari dalam diri manusia akibat dosa. Bavinck mengatakan bahwa Guilt adalah pengalaman emosional yang muncul sebagai akibat seseorang (disebut sebagai pelaku), tidak melakukan sesuatu yang menjadi tanggung jawabnya atau melakukan sesuatu yang tidak seharusnya. Rasa bersalah inilah yang kemudian mendorong manusia untuk bertindak melakukan sesuatu agar dapat menghilangkannya. Realita ini dapat kita lihat pada semua agama, bahwa ketakutan mereka pada Tuhan akan rasa bersalahnya jauh lebih besar daripada percayanya pada Tuhan. Menarik ketika Bavinck juga mengatakan bahwa sebelum kejatuhan, manusia tidak memiliki ‘conscience’, karena kondisi manusia sebelum kejatuhan tidak terdapat ‘gap’ antara realita diri mereka dengan diri mereka yang seharusnya. “Being and self-consciousness were in harmony. But the fall produced separation”. Hal ini menjadi sebuah bukti yang sangat jelas bahwa karena dosa terjadi pemisahan antara manusia dan kebenaran Allah yang semula tertanam dalam hatinya. Rasa bersalah dan kesadaran akan rasa bersalahnya adalah dua hal yang berbeda. Karena kemurahan Allah, manusia masih memiliki sedikit kesadaran terhadap rasa bersalahnya. Bavinck mengatakan bahwa kesadaran ini akan semakin nyata dan jelas jika manusia semakin mendekat kepada kebenaran Tuhan yang akan terus mengoreksi kesalahannya.

Manusia yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, memiliki emosi yang menciptakan berbagai rasa dalam kehidupannya. Guilt sendiri masuk dalam bagian emosi negatif yang ingin dihindari oleh manusia, tetapi Allah justru memakai Guilt agar relasinya dengan manusia tidak terputus sama sekali. Guilt yang menjadi hukuman akibat dosa, ternyata juga dipakai oleh Allah untuk menarik kembali manusia datang kepada-Nya. Allah kita sungguh luar biasa, Dia sanggup untuk mengubah yang jahat yang ada dalam diri manusia untuk mendatangkan kebaikan (Rm.8:28). Penulis juga sependapat dengan Bavink yang mengatakan bahwa ‘guilt and the consciousness of guilt are not the same’. Menurut penulis guilt mendorong manusia untuk melakukan sesuatu agar dapat mengurangi rasa bersalahnya, tetapi consciousness of guilt adalah pekerjaan Roh Kudus yang membawa manusia mengalami pertobatan yang sejati, yaitu kesadaran penuh akan dosa-dosa dan kesalahannya sampai kepada titik dimana manusia sadar bahwa tidak ada yang dapat dilakukannya untuk dapat mengurangi rasa bersalahnya, selain memohon pengampunan dari Tuhan. Di sinilah manusia mulai bergantung pada Tuhan dan kebenaran-Nya, dan tidak lagi mengandalkan kemampuan dirinya dan kebenarannya sendiri.    

Rasa bersalah telah digantikan oleh Tuhan dengan rasa bersyukur, oleh karena anugerah keselamatan yang telah diberikan pada manusia, yang tidak layak menerimanya. Meresponi panggilan-Nya dalam kehidupan kita, harus menjadi prioritas utama dalam hidup ini. Kiranya Tuhan semakin memberi kesadaran dan kepekaan terhadap dosa agar dalam menjalankan panggilan-Nya tidak mengikuti derasnya arus dunia yang dapat menghanyutkan.

Sin Against The Holy Spirit

Bavinck menjelaskan makna dari dosa menghujat Roh Kudus bukan soal tidak percaya, menolak atau mendukakan Roh Kudus, bukan juga menolak kepribadian dan keilahian Roh Kudus. Dosa ini bukan sekadar berdosa terhadap hukum Allah, tetapi dosa yang spesifik melawan Injil, yang telah diterimanya. Dengan sadar di dalam iman, ia melawan Tuhan, mendeklarasikan diri sebagai pihak oposisi yang menentang Roh Kudus, memutarbalikkan kebenaran menjadi kebohongan, Yesus Kristus diposisikan terbalik sebagai setan dan setan sebagai Tuhan. Karakternya sudah terbentuk bukan lagi manusia tetapi iblis. Menarik ketika Bavinck mengatakan “God’s grace, indeed, is not too little and too powerless to pardon it, but also in the realm of sin, there are laws and ordinances that God has implanted in it and maintains.” Oleh karena itu dosa menghujat Roh Kudus telah memasuki tahap akhir dari besarnya kuasa dosa yang dapat menghilangkan rasa penyesalan, menutup hati nurani, dan mengeraskan hati manusia berdosa sampai mencapai batas di mana dia tidak dapat lagi diselamatkan.  

Perkataan kecaman dari Tuhan Yesus terhadap dosa ini dapat kita temukan dalam kitab Injil Sinoptik (Mat.12:31, Mrk.3:29, Luk.12:10). Hal ini dikatakan Tuhan Yesus dalam konteks dimana orang-orang Farisi dan Ahli Taurat, bukan hanya tidak mau percaya bahwa Tuhan Yesus adalah sungguh Mesias, Anak Daud, tapi juga secara aktif menuduh-Nya dengan tuduhan palsu, yaitu bahwa Dia melakukannya dengan kuasa dari setan. Mereka terusik dengan kehadiran Tuhan Yesus yang membongkar dosa kemunafikan dan kebusukan mereka, iri dan dengki dengan banyaknya pengikut Yesus. Dosa ini terus berkembang sampai akhirnya membuat tuduhan palsu terhadap pekerjaan-Nya. Hal ini membuat penulis menyadari bahwa bukan hanya pengudusan orang percaya yang sifatnya progresif, tetapi natur dosa juga dapat mengalami progresif ke arah yang berlawanan, yang dapat membinasakan dan tidak terampuni lagi, dimana manusia semakin serupa dengan iblis dan bukan Kristus.

Selain itu, penulis juga menemukan dalam Bil.15:30-31 dan Ibr.10:26 dikatakan bahwa jika kita berbuat sesuatu dengan sengaja sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka kita menjadi penista Tuhan dan tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu, karena telah memandang hina terhadap firman Tuhan dan merombak perintah-Nya. Oleh karena itu, kita harus tetap waspada dan berhati-hati terhadap natur dosa yang berkuasa memengaruhi kita, baik dalam kondisi gelap maupun terang. 

Penulis berdoa kepada Tuhan agar kita semakin peka terhadap dosa, tidak menganggap remeh hal-hal yang kecil terhadap dosa dan selalu dikuatkan serta dimampukan oleh pertolongan Roh Kudus untuk mematikan dosa. Bertekad untuk menghidupi panggilan-Nya, agar menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai seorang ayah, ibu, suami, istri, anak, guru, murid, profesional di tempat kerja dan di mana pun Tuhan tempatkan kita untuk menjadi saksi-Nya.    

Sin is Universal

Bavinck menuliskan bahwa Alkitab sendiri telah banyak mencatat jejak-jejak dari universality of sin. Semenjak kejatuhan Adam dan Hawa, maka manifestasi dosa selalu muncul dari satu generasi ke generasi berikutnya. Tuhan melihat bahwa kecenderungan hati manusia hanya membuahkan kejahatan semata-mata (Kej.6:5). Dosa terus menyebar di antara seluruh umat manusia dan mencapai puncaknya pada zaman Nuh. Setelah banjir sebagai akibat dari penghakiman atas dosa seluruh umat manusia, generasi yang dilahirkan adalah berasal dari keluarga Nuh, yang telah memperoleh kasih karunia Tuhan (Kej.6:8). Namun tetap tidak ada perubahan apa pun dari diri manusia. Memasuki zaman PB, Yohanes Pembaptis mendahului Tuhan Yesus, menyerukan agar manusia bertobat dari dosa-dosanya dan dibaptis. Manusia harus sadar bahwa dosa bukanlah sesuatu yang ditempelkan di luar diri manusia tetapi lahir dari dalam diri manusia itu sendiri. Bavinck mengatakan bahwa “The human desire, inclination, and will reach out to what is forbidden and is powerless to do good. And the body, with all its members, the eyes, the ears, the feet, the mouth and the tongue is in the services of unrighteousness”. Oleh karena itu, Bavinck berpendapat bahwa pertentangan antara keinginan daging dan roh yang ditulis oleh Paulus dalam Roma 7:7-25 hanya dapat dirasakan oleh mereka yang telah mengalami pembaharuan oleh Roh dan sekaligus ingin membuktikan bahwa betapa besar kuasa dosa yang mencengkeram manusia. Bagi mereka yang telah lahir baru oleh Roh saja masih begitu sulit menghadapi dosa, apalagi mereka yang belum mengalaminya, manusia menjadi budak dosa, berjalan hanya mengikuti keinginan daging, dan hal ini adalah permusuhan dengan Allah.  

Penulis setuju dengan apa yang dituliskan oleh Bavinck, hanya mereka yang hatinya telah diterangi oleh Roh Kudus, yang dapat menyadari betapa kotor dan najisnya hati manusia yang berdosa di hadapan Allah yang Maha Kudus. Bahkan dikatakan kesalehan manusia pun seperti kain kotor (Yes.64:6). Lilin hanya terlihat terang di dalam kegelapan malam namun tidak di hadapan sinar matahari. Demikian juga, kita dapat terlihat baik di antara mereka yang kurang baik, tapi tidak di hadapan Allah. Hati manusia telah ternoda dan kecenderungannya adalah berbuat jahat. Walau dalam realita hidup, kita juga masih bisa melihat kebaikan manusia yang termanifestasikan baik kepada sesama maupun binatang, itu karena hukum hati nurani telah terlukiskan di dalam hati mereka (Rm.2:14-15). Namun dosa bukan bicara tentang kebaikan manusia tapi keterpisahan dan ketergantungan manusia pada Allah, sehingga mengakibatkan manusia berorientasi hanya pada kebenarannya sendiri. Hal ini tertulis dalam Roma 3:11-12, Paulus dengan gamblang menuliskan bahwa standar kebenaran Allah sangat tinggi, jika manusia hidup terpisah dari Allah, maka segala yang baik yang ada pada manusia hanya seperti gong yang berkumandang, hanya membuat sesama manusia kagum tapi tidak dengan Allah.

Penulis berdoa kepada Tuhan agar selalu diingatkan terus, dari mana Dia telah memungut penulis. Karena hanya dengan kesadaran bahwa kita adalah manusia yang berdosa, maka kita boleh terus berharap pada pengampunan-Nya. Dan tepatlah seperti yang Alkitab katakan yaitu hanya orang sakit yang memerlukan tabib (Mat.9:12).  

The Knowledge of Good and Evil

Bavinck menyoroti satu hal yang sangat menarik, yaitu seperti yang tertulis dalam Kej 2:9, di tengah Taman Eden terdapat 2 pohon yaitu pohon kehidupan dan pohon tentang pengetahuan yang baik dan yang jahat. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah yang dimaksud dengan pengetahuan yang baik dan yang jahat tsb? Penjelasan yang paling sering kita dengar adalah ketika manusia memakan buah dari pohon tentang pengetahuan yang baik dan yang jahat tsb, maka mereka tidak hanya memiliki pengetahuan tentang yang baik saja tetapi juga yang jahat ada di dalam diri mereka. Dampak dari memakan buah tsb bahkan dapat membuat manusia kehilangan pemahaman akan kebenaran Allah. Pengetahuan yang dimaksud sudah pasti bukan pengetahuan intelektual atau moral, yang telah dimiliki oleh manusia saat diciptakan serupa dan segambar dengan Allah. Hal ini dapat kita ketahui karena setelah manusia diciptakan, Allah memberikan perintah-Nya agar manusia menguasai bumi dan makhluk-makhluk ciptaan lainnya serta tidak memakan buah dari pohon yang terlarang. Hal ini menunjukkan manusia telah diciptakan dalam kondisi manusia dewasa yang telah memiliki hati nurani, akal budi and kehendak untuk dapat memilih menaati atau tidak menaati perintah Allah. Jadi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat tsb haruslah memiliki makna yang berbeda. Menurut Marti, pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu adalah kemampuan untuk berdiri pada pemahamannya sendiri, caranya sendiri, dan hasratnya untuk memenuhi keinginannya sendiri yang dapat mereka kembangkan dan kebebasan independen dari otoritas Allah. Jadi yang penting di sini bukan content dari pengetahuan tetapi manner manusia dalam memakai segala potensi yang telah dimilikinya.     

Dua pohon yang berada di tengah Taman Eden mewakili dua akibat yang akan diterima oleh manusia saat memakan buahnya. Dikatakan kedua pohon sangat menarik tetapi salah satunya adalah pohon yang palsu, yang akan menipu manusia kepada banyak kesukaran, maut dan kebinasaan. Sedangkan pohon yang lainnya adalah pohon yang akan membawa kita kepada kehidupan. Sebenarnya jika dipikirkan benar-benar dan teliti, perintah Allah ini bukanlah menawarkan pada manusia sebuah pilihan melainkan sebuah larangan atau peringatan terhadap pohon yang berbahaya itu. Jika engkau melanggar peringatan ini maka engkau akan mati. Dampak yang ditimbulkannya sangat fatal, manusia terpisah dan tidak lagi memiliki ketergantungan terhadap Allah, Sang pemilik kehidupan. Manusia menjadi tidak percaya kepada Tuhan dan hanya bersandar pada pengertiannya sendiri (Ams.3:5). Manusia ingin menjadikan dirinya sama seperti Allah yaitu menganggap dirinya adalah kebenaran itu sendiri, kebenaran palsu yang hanya akan mencelakakan dan membawa dirinya kepada maut dan kebinasaan.       

Memahami bahwa perintah Allah sesungguhnya adalah bukan pilihan tapi lebih tepatnya merupakan sebuah larangan atau peringatan akan bahaya yang dapat dialami jika kita melanggarnya, maka sudah seharusnya kita menaklukkan akal budi dan kehendak kita di bawah otoritas pimpinan Allah. Jangan keluar dari otoritas dan kebenaran-Nya, yang sebenarnya justru untuk melindungi kita dari bahaya maut. Jangan termakan rayuan tipuan si iblis, tidak ada kebebasan yang sebebas-bebasnya. Seperti ikan yang bebas berenang selama dalam habitat lingkungannya, demikian juga manusia hanya dapat hidup jika tinggal di dalam Allah. Kebebasan yang terbatas adalah kebebasan yang sesungguhnya. Kebebasan tanpa batas hanya akan membawa kita kepada kematian.