Bavinck menjelaskan makna dari dosa menghujat Roh Kudus bukan soal tidak percaya, menolak atau mendukakan Roh Kudus, bukan juga menolak kepribadian dan keilahian Roh Kudus. Dosa ini bukan sekadar berdosa terhadap hukum Allah, tetapi dosa yang spesifik melawan Injil, yang telah diterimanya. Dengan sadar di dalam iman, ia melawan Tuhan, mendeklarasikan diri sebagai pihak oposisi yang menentang Roh Kudus, memutarbalikkan kebenaran menjadi kebohongan, Yesus Kristus diposisikan terbalik sebagai setan dan setan sebagai Tuhan. Karakternya sudah terbentuk bukan lagi manusia tetapi iblis. Menarik ketika Bavinck mengatakan “God’s grace, indeed, is not too little and too powerless to pardon it, but also in the realm of sin, there are laws and ordinances that God has implanted in it and maintains.” Oleh karena itu dosa menghujat Roh Kudus telah memasuki tahap akhir dari besarnya kuasa dosa yang dapat menghilangkan rasa penyesalan, menutup hati nurani, dan mengeraskan hati manusia berdosa sampai mencapai batas di mana dia tidak dapat lagi diselamatkan.
Perkataan kecaman dari Tuhan Yesus terhadap dosa ini dapat kita temukan dalam kitab Injil Sinoptik (Mat.12:31, Mrk.3:29, Luk.12:10). Hal ini dikatakan Tuhan Yesus dalam konteks dimana orang-orang Farisi dan Ahli Taurat, bukan hanya tidak mau percaya bahwa Tuhan Yesus adalah sungguh Mesias, Anak Daud, tapi juga secara aktif menuduh-Nya dengan tuduhan palsu, yaitu bahwa Dia melakukannya dengan kuasa dari setan. Mereka terusik dengan kehadiran Tuhan Yesus yang membongkar dosa kemunafikan dan kebusukan mereka, iri dan dengki dengan banyaknya pengikut Yesus. Dosa ini terus berkembang sampai akhirnya membuat tuduhan palsu terhadap pekerjaan-Nya. Hal ini membuat penulis menyadari bahwa bukan hanya pengudusan orang percaya yang sifatnya progresif, tetapi natur dosa juga dapat mengalami progresif ke arah yang berlawanan, yang dapat membinasakan dan tidak terampuni lagi, dimana manusia semakin serupa dengan iblis dan bukan Kristus.
Selain itu, penulis juga menemukan dalam Bil.15:30-31 dan Ibr.10:26 dikatakan bahwa jika kita berbuat sesuatu dengan sengaja sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka kita menjadi penista Tuhan dan tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu, karena telah memandang hina terhadap firman Tuhan dan merombak perintah-Nya. Oleh karena itu, kita harus tetap waspada dan berhati-hati terhadap natur dosa yang berkuasa memengaruhi kita, baik dalam kondisi gelap maupun terang.
Penulis berdoa kepada Tuhan agar kita semakin peka terhadap dosa, tidak menganggap remeh hal-hal yang kecil terhadap dosa dan selalu dikuatkan serta dimampukan oleh pertolongan Roh Kudus untuk mematikan dosa. Bertekad untuk menghidupi panggilan-Nya, agar menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai seorang ayah, ibu, suami, istri, anak, guru, murid, profesional di tempat kerja dan di mana pun Tuhan tempatkan kita untuk menjadi saksi-Nya.