The Trinitarian Way of Salvation

Bavinck menjelaskan bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus tidak dapat dipisah-pisahkan seperti anggapan bahwa Allah Bapa mencipta, Allah Putera menebus dan Allah Roh Kudus menguduskan. Semua karya penciptaan, penebusan dan pengudusan semuanya dikerjakan oleh ketiga pribadi Allah Tritunggal bersama-sama. Bavinck menjelaskan hal ini dengan menarik, yaitu mengapa dikatakan oleh Yesus dalam Yoh.7:39, bahwa Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya belum datang jika Dia belum dimuliakan? Jika memang karya pengudusan, penciptaan dan penebusan dikerjakan oleh ketiga pribadi Allah Tritunggal bersama-sama, mengapa Roh Kudus baru akan dicurahkan pada saat hari Pentakosta? Bavinck menjelaskan bahwa Kristus yang menjalankan tugas sebagai mediator tidak berakhir dengan penderitaan dan kematian saja, tetapi Dia masih tetap menjalankan pekerjaan-Nya sebagai Juruselamat kita, naik ke surga, kembali kepada Bapa dan dari surga tetap menjalankan fungsi dan perannya sebagai Nabi, Imam, dan Raja melalui karya Roh Kudus. “One is essence, the three Persons, in their varying activities, work together. By his humiliation the Son himself, after all, became a life-giving Spirit. He lives totally by the Spirit. “The death he died, he died to sin, once for all; but the life he lives, he lives to God” (Rom.6:10). He has fully attained immortality, the eternal life of the Spirit”.

Tuhan Yesus mengatakan dalam Yoh.14:23, “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya, dan diam bersama-sama dengan dia”. Perkataan Tuhan Yesus ini sebelumnya didahului dengan memberitahukan kepada murid-murid-Nya, bahwa Bapa akan memberikan seorang Penolong yang akan menyertai mereka selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran (Yoh.14:16-17). Roh itu diutus oleh Bapa dalam nama Yesus Kristus, Roh Kudus itulah yang akan mengajarkan dan mengingatkan segala sesuatu yang dikatakan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya. Jadi jelas saat Tuhan Yesus mengatakannya dengan menggunakan kata “Kami” akan datang dan diam bersama-sama dengan dia. Hal ini menunjukkan bahwa karya pengudusan dikerjakan oleh ketiga pribadi Allah Tritunggal secara bersama-sama. Roh Allah yang sama yang telah membangkitkan Yesus Kristus dari antara orang mati, kini diam di dalam kita (Rm.8:11).Dan Roh itu melalui kesatuan mistis orang percaya dengan Kristus, ikut bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah, ahli waris yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan kita terima bersama Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga ikut dipermuliakan bersama-sama dengan Dia (Rm.8:16-17).      

Dengan demikian kita akan menyadari sepenuhnya bahwa kalau memang kita telah menerima keselamatan itu, maka kehidupan yang kita hidupi sekarang ini adalah bukan milik kita sendiri lagi, melainkan ada Kristus yang hidup dan memerintah di dalam hati kita. Dengan kuasa-Nya, Dia akan mengubah orientasi hidup kita agar tidak lagi tertuju pada kehidupan yang sia-sia, tetapi hidup oleh iman yang bekerja dan termanifestasikan dalam setiap aspek kehidupan kita sehari-hari yaitu dalam keluarga, pekerjaan, dan sosial. Kuasa Roh-Nya yang kudus akan menguduskan dan menjadikan kita semakin serupa dengan Kristus.                

The Nature of Sanctification

Berkhof merangkumkan dengan baik sekali mengenai natur dari sanctification ini, yaitu sebagai berikut : “it is a supernatural work of God, it consists of two parts (the mortification of the old man, the body of sin & the quickening of the new man, created in Christ Jesus unto good works), it affects the whole man : body and soul, intellect, affections and will, it is a work of God in which believers co-operate”. Semua komponen dalam proses pengudusan tsb bekerja secara teratur dan ajaib, dikerjakan sepenuhnya oleh inisiatif dari Allah yang berkarya dalam diri manusia dan termanifestasi dalam kesadaran manusia yang sepenuhnya. Berkhof juga dengan tegas menyatakan menurut kesaksian dari Alkitab bahwa pengudusan bukanlah hasil dari proses natural pertumbuhan spiritual manusia yang agamawi atau hasil pencapaian manusia seperti yang diajarkan oleh teologi modern liberal. Pengudusan adalah karya ajaib Allah dan buah dari persekutuan dengan Yesus Kristus, yang dikerjakan oleh Allah dalam diri manusia, sehingga menimbulkan dua kesadaran yaitu sadar dirinya yang berdosa dan tidak layak di hadapan Allah yang kudus dan sadar bahwa dirinya yang sekarang adalah ciptaan yang baru yang telah dibangkitkan bersama dengan Kristus. Perubahan diri yang terjadi bukanlah perubahan agamawi yang sementara, tetapi transformasi keseluruhan diri manusia yang permanen dan meliputi seluruh aspek kejiwaannya, yang  memberi kesadaran dan orientasi baru untuk tidak lagi hidup bagi diri sendiri tetapi Kristus.     

Banyak ayat-ayat Alkitab menyaksikan bahwa pengudusan memang sepenuhnya inisiatif dan karya Allah sendiri, bukan karena usaha manusia. Berdasarkan pengalaman yang dialami oleh penulis secara pribadi, karya Allah dalam pengudusan sudah dimulai saat mata penulis dicelikkan dan mengalami pertobatan, yang disertai dengan adanya desire yang berubah dari dalam diri penulis. Awal-awal lahir baru, penulis tidak bisa lepas dari membaca Alkitab setiap hari, bahkan bisa seharian dan berlanjut lagi keesokan harinya, keasyikannya sama seperti kesukaan penulis menonton drama korea bahkan ini jauh lebih daripada itu, tidak pernah bosan dan tidak pernah selesai untuk memahaminya, selalu ada sesuatu yang baru yang disampaikan oleh Tuhan kepada saya. Selain membaca Alkitab, penulis juga sering mendengarkan khotbah2 yang membantu penulis untuk lebih memahami apa yang sebenarnya sedang terjadi dalam diri penulis saat itu dan mulai menyusun kepingan-kepingan puzzle teologi di dalam diri penulis. Berdasarkan pengalaman pribadi, maka penulis dengan berani dan tegas berkata bahwa pengudusan adalah sepenuhnya karya Allah yang ajaib, sungguh-sungguh bekerja dalam diri seseorang yang dilahirkan baru, mengubah seluruh aspek pikiran, perasaan dan kehendaknya, agar mampu melakukan hal yang berkenan pada Allah. Karya Roh Kudus yang melahirbarukan seseorang akan terus menjaga dan memelihara imannya agar jangan sampai ia terhilang dan tersesat, selalu waspada dan menjaga fokus hanya kepada Kristus. 

Marilah kita berdoa kepada Tuhan agar Dia selalu menyertai, menjaga dan memelihara iman kita semua, agar ditemukan-Nya tidak bercacat saat bertemu kembali dengan Kristus. Pengudusan tidak dapat dilakukan dengan usaha manusia sendiri, tetapi Roh Kuduslah yang bekerja dari dalam diri kita, menguduskan dan termanifestasi keluar dalam bentuk perkataan dan perbuatan yang berkenan pada Allah.

Loci Communes

Luther melalui karyanya yang terkenal, yaitu Loci Communes, edisi kedua tahun 1535 yang telah diperbaiki, menyatakan bahwa ada 3 komponen penting yang ikut terlibat dalam proses pertobatan seseorang. Ketiga komponen itu adalah the Word of God, the Spirit, and the Human Will assenting to and not resisting the Word of God. Urutan keselamatan menurut pengakuan iman Lutheran mengacu seperti yang tertulis dalam Kis.26:17-18, yaitu “calling, illuminating, converting, regenerating, justifying, renewing, and glorifying grace”. Dalam prosesnya diawali dengan sebuah panggilan yang memadai bagi setiap orang percaya, yang akan membuka mata mereka terhadap kebenaran firman Tuhan, dan kuasa Roh Kudus yang akan memimpin mereka kepada pertobatan yang sejati, mengalami regenerasi, dan dikaruniakan iman sebagai buah dari kelahiran baru. Dan hanya karena iman kepada Kristus inilah mereka dibenarkan dan memperoleh pengampunan atas dosa dan diangkat menjadi anak-anak Allah, dipersekutukan dalam Kristus, diperbaharui /dikuduskan dan dimuliakan bersama dengan Kristus. Lutheran berpendapat bahwa esensi yang terpenting dalam keseluruhan proses ini adalah iman dan pembenaran. Segala sesuatu tergantung pada iman,oleh karena itu fokus yang paling utama adalah mempertahankan iman. 

Berdasarkan pengalaman yang penulis alami sendiri saat menerima anugerah karya keselamatan Allah yang ajaib tsb, penulis merasakan sendiri bagaimana ketiga komponen yang disebutkan oleh Luther itu bekerja di dalam diri penulis. Malam itu setelah selesai kelas pendalaman Alkitab, penulis digerakkan untuk membaca kembali Alkitab sebelum tidur. Ada dorongan yang kuat untuk membaca hal yang belum tuntas saat berdiskusi dalam Pendalaman Alkitab di malam itu. Dan hal yang ajaib terjadi saat membacanya, untuk yang pertama kalinya dalam hidup, penulis merasakan mata dan hati penulis dibukakan dan penulis mulai dapat memahami dan larut asyik sekali dalam membaca Alkitab. Penulis tidak dapat berhenti membaca Alkitab, karena Alkitab menjadi begitu hidup dan seakan-akan berinteraksi langsung dengan penulis saat membacanya. Semenjak itu orientasi hidup penulis berubah, dan syukur kepada Allah, penulis boleh mengalami pertobatan yang sejati dan menyadari bahwa penulis ternyata telah begitu berdosa dan merasa diri sangat tidak layak untuk diselamatkan. Keseluruhan pengalaman itu begitu ajaib dan mengubah arah dan orientasi hidup penulis. Apa yang dialami oleh Luther dalam jiwanya sendiri telah memberikan pemahaman yang utuh terhadap Injil Yesus Kristus yang sesungguhnya. Ia juga baru dapat memahami “the true manner of penitence”, bahwa pertobatan itu bukanlah hanya sekadar pengakuan dosa yang berasal dari rasa bersalah atau dorongan agamawi, tetapi lahir dari kuasa Roh Kudus yang memberikan kelahiran baru bagi setiap orang percaya.     

Anugerah keselamatan yang telah kita terima melalui penebusan dan pengorbanan darah Yesus Kristus, haruslah bekerja dan menjadi bagian dalam hidup kita yang harus dipertanggung jawabkan dan dikerjakan. Karena jika dulu manusia lama kita tidak memiliki modal, tetapi sekarang Tuhan Yesus melalui Roh-Nya yang kudus, hidup dan bekerja di dalam diri kita, yaitu manusia yang baru. Marilah kita tetap tinggal dalam firman-Nya, membaca, menggali dan memahami apa yang ingin disingkapkan Allah melalui Alkitab kepada kita secara pribadi dengan penuh tanggung jawab. Berdoa agar selalu dimampukan untuk melakukan Firman yang telah dipelajari dan dipahami, sehingga kehidupan kita dapat menjadi seperti surat Kristus yang terbuka, yang dapat dibaca dan dilihat oleh setiap orang. Berusaha untuk hidup menjadi teladan bagi keluarga dan di mana pun Tuhan menempatkan kita untuk menjadi saksi-Nya.

The Outpouring of the Holy Spirit

Dalam Yoh.7:39 dikatakan bahwa Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada Yesus belum datang, karena Ia belum dimuliakan. Bavinck menjelaskan bahwa ini bukan berarti Roh Kudus belum pernah ada sebelumnya, karena Alkitab dalam kitab-kitab PL telah banyak menyaksikan keberadaan dari Roh Allah yang kudus ini. Kitab Injil juga telah menyaksikannya dalam peristiwa Elisabet dan Yohanes Pembaptis, yang penuh dengan Roh Kudus (Luk.1:15,41). Simeon yang dipimpin oleh Roh Kudus ke Bait Allah untuk berjumpa dengan bayi Yesus (Luk.2:26-27) dan Yesus sendiri telah menerima karunia Roh Kudus dengan tidak terbatas (Yoh.3:34). Bavinck mengatakan bahwa Roh Kudus adalah karya keselamatan Allah yang ketiga dari tiga karya-Nya yang terbesar bagi manusia, yaitu penciptaan, inkarnasi dan pencurahan Roh Kudus. Janji akan pencurahan karunia Roh Kudus yang ajaib ini, sebenarnya telah digaungkan berulang kali dalam kitab PL. Roh Allah yang kudus bukan hanya dikaruniakan kepada Yesus Kristus dalam segala kepenuhan-Nya (Yes.11:2), tetapi juga kepada semua manusia, laki2 dan perempuan, tua dan muda, hamba laki2 dan perempuan (Yoel2:28). Yohanes Pembaptis juga telah mengatakan bahwa ia membaptis dengan air, tetapi Yesus Kristus akan membaptis mereka dengan Roh Kudus yang akan menguduskan dan memurnikan hidup mereka agar layak menjadi umat-Nya (Mat.3:11).    

Pencurahan Roh Kudus dianugerahkan pada setiap orang percaya untuk memperlengkapi mereka agar dapat terus terikat kepada Kristus, tinggal pada pokok anggur untuk berbuah (Yoh.15:4) dan terus dimurnikan (Zak.13:9), agar sang mempelai wanita didapati tak bercacat cela saat kedatangan Kristus, sang mempelai pria (1Tes.3:13). Karunia Roh Kudus bukan untuk membuat orang percaya merasa lebih suci atau lebih hebat daripada yang lainnya, tetapi untuk saling membangun, menegur, mengoreksi, dan menasehati antara anggota tubuh Kristus agar dapat mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Kristus. Kedewasaan yang penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus (Ef.4:13). Dua karya aktivitas dari Roh Kudus adalah sebagai penolong yang diutus oleh Bapa dalam nama Yesus secara khusus untuk menyertai para murid-Nya seperti yang telah dijanjikan-Nya bahwa Ia tidak akan meninggalkan kita sebagai yatim piatu (Yoh.14:18). Roh Kudus dicurahkan dalam hati mereka untuk mengajar dan memimpin mereka kepada seluruh kebenaran (Yoh.16:13), selain itu Roh Kudus juga bersaksi kepada dunia bahwa segala perbuatannya adalah terbukti jahat. Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman (Yoh.16:8).   

Penulis sangat beryukur bahwa ketiga pribadi Allah yang Esa, begitu ajaib terlibat dalam mengerjakan karya keselamatan bagi umat yang dikasihi-Nya. Mari kita berusaha untuk menghidupi setiap hari dengan rasa syukur dan bertanggung jawab terhadap keselamatan yang telah dianugerahkan pada kita. Meminta pimpinan dan penyertaan-Nya dalam setiap aspek kehidupan kita, agar tidak mendukakan Roh Kudus dan dapat terus bertumbuh, berbuah, dan diperbaharui dari hari ke hari sebagaimana yang Tuhan kehendaki terjadi dalam kehidupan kita, dipakai sebagai alat-Nya untuk membawa keselamatan bagi keluarga dan sesama kita.

Covenant & Election

Bavinck menjelaskan adanya sebuah hubungan timbal balik antara covenant dan election dengan mengamati bahwa doctrine of the covenant secara konsisten telah mempertahankan juga, bahwa dengan cara Allah yang ajaib, seluruh karya keselamatan adalah hanya karena kedaulatan Allah. “The covenant of grace surpasses the covenant of works to the degree that Christ exceeds Adam”. Karena ketiga pribadi Allah Tritunggal secara intim ikut terlibat dalam menyempurnakan karya re-creation. The covenant of grace dengan efektif menyempurnakan dan mengamankan keselamatan orang-orang yang dipilih-Nya sesuai dengan kerelaan dan belas kasihan Tuhan. Tidak ada yang dapat menggagalkan maksud dan rencana keselamatan dalam kedaulatan Allah Bapa, karya penebusan Allah Anak, Yesus Kristus yang berperan sebagai perwakilan dan mediator dari Allah, dan penerapan realitanya yang secara ajaib dikerjakan oleh Allah Roh Kudus terhadap mereka yang menjadi milik Kristus oleh iman. Karya keselamatan yang agung ini adalah sepenuhnya pekerjaan dari Allah Tritunggal,yang mengusahakannya dengan sungguh-sungguh untuk keselamatan umat-Nya. Dengan demikian the doctrine of the covenant dan the doctrine of election, keduanya sama-sama telah menggaris bawahi bahwa keselamatan adalah hanya karena kasih karunia, pekerjaan dan kedaulatan Allah semata saja dari awal sampai dengan akhir. Namun Bavinck juga mengemukakan perbedaan di antara keduanya, yaitu “in election humans are strictly passive but in the covenant of grace they also play an active role”. Catatan penting dari Bavinck adalah walau karya keselamatan adalah sepenuhnya karena kedaulatan Allah tanpa usaha manusia, tetapi karya-Nya bekerja dalam diri natur manusia yang segambar dengan Allah, yang memiliki akal pikiran, kehendak dan perasaan. Oleh karena itu, Roh Kudus yang bekerja dalam diri manusia akan menumbuhkan iman dan buah pertobatan, sebagai tanda keselamatan dari Allah (Mrk.1:15).  

Keselamatan sepenuhnya adalah karya Allah yang agung dan ajaib, bukan karena usaha manusia. Sebab bukan kita yang memilih Allah, tetapi Allahlah yang memilih kita, dan Ia telah menetapkan kita untuk menghasilkan buah (Yoh.15:16). Kedaulatan Allah di dalam memilih adalah sesuai dengan kerelaan, belas kasihan dan kemurahan hati-Nya saja, tidak bergantung kepada kehendak atau usaha orang (Rm.9:15-16). Meskipun demikian, cara kerja Allah tidak lantas membuat manusia menjadi seperti robot yang dikendalikan sepenuhnya oleh sang Pencipta, tetapi melalui Roh-Nya yang kudus, parakletos akan mendampingi dan menolong kita, agar mampu untuk hidup taat dan melakukan perintah-perintah-Nya. Roh Kudus bekerja secara konkret dalam natur manusia yang kompleks, yang memiliki akal budi, kehendak dan perasaan. Di sinilah pertempuran yang sesungguhnya terjadi, sekarang kita telah memiliki modal untuk dapat melawan tipu muslihat iblis, dan tidak lagi dikuasai oleh kuasa kegelapan yang menjadikan kita budak dosa, sekarang kita telah dimerdekakan.   

Marilah kita meresponi karya keselamatan Allah dengan cara berdoa dan berjaga-jaga senantiasa sambil terus memunculkan kesadaran akan kejujuran relasi kita dengan Tuhan, bertanggung jawab terhadap apa yang kita katakan dan lakukan, agar semuanya itu dapat menjadi persembahan yang hidup yang berkenan kepada Tuhan.

Selamatkah Aku?

Pertanyaan ini adalah pertanyaan besar yang akan ditanyakan oleh seluruh umat manusia mana pun, jika mereka peduli tentang hidupnya. Bagi mereka yang tidak peduli tentunya hanya berpikir bagaimana ia dapat hidup dan mempertahankan dirinya saja. Apakah semua agama dan kepercayaan memiliki pemahaman yang sama tentang keselamatan? Jawabannya tentu saja tidak. Semakin kita mendalami suatu bidang ilmu, maka kita akan semakin cermat untuk dapat membedakan yang satu dengan yang lain. Kekristenan memiliki pemahaman yang paling unik tentang keselamatan. Di saat agama dan kepercayaan di dunia memahami bahwa manusia diselamatkan karena perbuatan baik yang dilakukannya (Autosoteric), misalnya rajin beribadah, berdoa, beramal dan berbuat kebaikan, maka seseorang bisa diselamatkan. Kekristenan mengajarkan bahwa keselamatan hanya ada di dalam Kristus dan oleh karena anugerah Allah saja (God-Soteric). Allah yang berinisiatif menanamkan benih iman dalam hati kita sehingga kita dimampukan untuk dapat memiliki keinginan dan kerinduan untuk mengenal Allah yang benar. Allah sendiri yang berinkarnasi mengosongkan diri-Nya dalam diri Yesus Kristus untuk menyelamatkan manusia yang berdosa. 

Santo Agustinus memberikan pandangannya tentang pemahaman keselamatan dalam kekristenan pada abad yang ke-4, yaitu keselamatan hanya ada di dalam Kristus melalui iman dan perbuatan baik adalah buah dari keselamatan itu. Akibat kejatuhan manusia ke dalam dosa, maka manusia mengalami mati rohani, terputusnya relasi dengan Allah sehingga manusia tidak mau dan tidak sanggup untuk mencari Allah. Dalam kitab Roma jelas dituliskan oleh Rasul Paulus tentang kondisi manusia berdosa di hadapan Allah, yaitu tidak ada seorangpun yang berakal budi dan mencari Allah, mereka semua telah menyeleweng, tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik (Rm 3:11-12). Dengan demikian kita tahu bahwa standar yang dipakai Allah tentang perbuatan baik sangat berbeda dengan standar yang dipakai oleh manusia. Allah dengan tegas menyatakan bahwa tidak ada manusia yang berbuat baik dan Nabi Yesaya juga telah menuliskan bahwa kesalehan manusia seperti kain kotor di hadapan Tuhan (Yes 64:6). Lalu jika perbuatan baik tidak dapat menyelamatkan manusia, apa yang harus dilakukan seseorang agar dapat diselamatkan ? Pertanyaan ini persis seperti yang ditanyakan oleh kepala penjara Filipi kepada Rasul Paulus dalam sebuah peristiwa yang dicatat dalam Kis 16:30, “….apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?”. Di saat kepala penjara Filipi ketakutan nyawanya akan melayang dan memohon pada Rasul Paulus, maka Rasul Paulus mengenalkan kepadanya keselamatan yang jauh melebihi dari apa yang dapat dia pikirkan, yaitu keselamatan di dalam Kristus. Melalui pemberitaan firman Tuhan yang disampaikan oleh Rasul Paulus, maka ia dan seisi rumahnya memberi diri dibaptis dan mereka sangat bergembira karena telah menjadi percaya kepada Allah (Kis 16:34).

Pernahkah kita menjadi begitu bersuka cita seperti kepala penjara Filipi dan seisi rumahnya karena dapat menjadi percaya kepada Allah? Ataukah kita hanya take it for granted selama ini anugerah yang telah Allah berikan? Manusia tidak dapat datang kepada Allah, jikalau bukan Allah yang mencarinya. Tuhan Yesus dengan sangat gamblang mengatakan tentang hal ini, bahwa “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman” (Yoh 6:44).  Keselamatan adalah anugerah Allah dalam diri orang berdosa yang pro aktif melahirbarukan, menghidupkan kembali, dan membebaskan manusia dari belenggu dosa sehingga memampukan manusia untuk dapat datang kepada Kristus saat Injil itu diberitakan (Operating / Prevenient Grace). Tidak ada peran kehendak bebas manusia saat ia menerima Prevenient Grace, karena Allah sendiri yang menentukan sepenuhnya dalam kedaulatan-Nya untuk membebaskan manusia dari belenggu dosa yang memperbudaknya. Setelah Allah membebaskan manusia dari belenggu dosa, maka anugerah Allah akan memelihara kehendak bebas manusia untuk memiliki kecenderungan melakukan segala perbuatan baik yang berkenan kepada Allah dan memuliakan-Nya. Mereka yang telah lahir baru akan timbul rasa haus untuk membaca Alkitab, sama seperti seorang bayi yang selalu merindukan susu yang murni ketika ia baru lahir (1Pet 2:2), dan tidak pernah berhenti belajar untuk memahami kehendak Allah yang tertulis di dalamnya. Di dalam hatinya kini ia memiliki sebuah hasrat baru untuk menyenangkan hati Tuhannya yang telah menyelamatkan dan membebaskannya dari belenggu dosa. Ia kini telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran (Rm 6:18). Pada tahapan Co-Operating Grace inilah, kehendak bebas manusia mulai ikut berperan. Seperti yang dituliskan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi, yaitu agar mereka mengerjakan keselamatan yang telah diterimanya dengan takut dan gentar, karena Allah sendiri yang turut mengerjakannya di dalam kita baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya (Fil 2:12-13). Anugerah Allah akan terus memelihara ketekunan umat pilihan sampai akhir hidupnya (Persevering Grace). Mereka yang telah diselamatkan juga akan dimintai pertanggung jawabannya kelak seperti dalam perumpamaan talenta, jika setia pada perkara kecil akan diberikan perkara yang besar.

Di antara banyaknya agama yang mengajarkan beragam solusi, mengapa orang Kristen percaya pada keselamatan di dalam Kristus? Bagaimana Alkitab mengajarkan keselamatan di dalam Kristus ini? Apakah keunikannya? Dalam bukunya Confessions, Santo Agustinus menuliskan pengakuan imannya, “You have made us for yourself, O Lord, and our hearts are restless until they rest in you.” Pernahkah kita bertanya pada diri kita sendiri, apakah selama ini kita menyembah Allah yang benar? Apakah kita sungguh-sungguh telah mencari-Nya? Mengapa saya ingin mencari-Nya? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini harus sering kita tanyakan dengan kritis dan menjadi refleksi pribadi relasi kita dengan Allah.

Jika Alkitab telah mengatakan bahwa tidak ada yang mencari Allah (Rm 3:11), lantas apa yang manusia cari sebenarnya? Teori piramida kebutuhan Maslow menjelaskan bahwa ada motivasi daya atau kekuatan yang ada dalam diri manusia yang mendorong (drive) untuk bertingkah laku dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan (need) yang ada di dalam dirinya. Dengan adanya perbedaan persepsi kebutuhan utama manusia di dalam hidup ini, maka yang dicari juga akan berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan seseorang ada di mana pada piramida kebutuhan Maslow. Tingkatan piramida kebutuhan tersebut dimulai dari yang paling dasar adalah kebutuhan fisiologis (basic needs), rasa aman dan perlindungan (security), rasa sayang (love & belongingness), penghargaan (self-esteem), aktualisasi diri dan transenden (kebutuhan akan Allah). Ada korelasi yang sangat kuat antara kebutuhan yang dianggap seseorang paling penting dengan siapa Allah dalam hidupnya? Apakah seseorang akan mengutamakan Allah sebagai pemelihara hidupnya, atau ia hanya memperalat Allah untuk memenuhi kebutuhannya?

Dosa telah mencemari pikiran manusia untuk dapat mengenal Allah yang benar, pengertian mereka menjadi gelap dan kecenderungan hati mereka selalu membuahkan kejahatan semata-mata (Kej 6:5). Apa yang Alkitab katakan tentang manusia yang mencari Allah ? Dalam surat yang ditulis oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Roma, dikatakan bahwa manusia telah gagal paham dalam mengenal Allah, mereka tidak dapat meresponi Allah dengan seharusnya, yaitu memuliakan Dia dan mengucap syukur kepada-Nya. Dosa telah mencemari pikiran, perasaan dan kehendak manusia untuk melakukan yang tidak seharusnya, dan tidak melakukan yang seharusnya mereka lakukan, yaitu hal-hal yang berkenan kepada Allah. Manusia berdosa menyembah Allah yang salah, dengan cara yang salah, dan di tempat yang salah. Mereka tidak menggunakan pikirannya secara kritis untuk membedakan mana Allah yang benar atau tidak benar, sejati atau palsu. Kebutuhan utama merekalah yang telah menjadi allah mereka, rasa takut kepada Allah tidak ada pada mereka (Rm 3:18).

Manusia selalu berusaha untuk menutupi rasa bersalah terhadap dosa dengan cara mereka sendiri. Sama seperti Adam dan Hawa, mereka bersembunyi di balik jubah agama, ritual ibadah keagamaan, aktivitas pelayanan, kegiatan sosial, dll. Tolok ukurnya adalah selalu diri mereka sendiri, dengan cara mereka sendiri yang membuat mereka merasa aman dan nyaman. Mereka berusaha untuk memperoleh keselamatan dengan hikmat dan kekuatan mereka sendiri (Autosoteric). Mereka berusaha untuk menjadi juruselamat bagi diri mereka sendiri, seperti halnya dengan seorang pemimpin agama yang muda dan kaya yang kisahnya ditulis dalam ketiga kitab Injil. Ia datang kepada Tuhan Yesus dengan membawa seluruh hasil prestasi rohaninya yang cemerlang untuk bertanya kepada-Nya, apakah dia layak untuk memperoleh hidup yang kekal? Apalagi yang harus ditambahkan agar ia mendapat konfirmasi dari Tuhan Yesus bahwa ia dapat memperoleh hidup yang kekal itu? Konsep keselamatan hidup yang kekal dalam pemahamannya adalah Self-Oriented dan bukan God-Oriented. Ia pikir bahwa ia bisa memperoleh hidup yang kekal dengan usahanya sendiri.

Alkitab mengajarkan bahwa keselamatan itu adalah anugerah. Allah yang berinisiatif untuk bertindak menanamkan benih permusuhan antara manusia dan iblis, membawa kembali manusia kepada pihak-Nya (Kej 3:15). Bukan manusia yang memilih Allah, tetapi Allahlah yang memilih Nuh, Abraham, Israel dan mengikat perjanjian dengan mereka serta memberi hukum-hukumNya. Allah sendiri yang secara aktif mencari dan membawa manusia kepada keselamatannya. Allah menganugerahkan keselamatan bukan karena manusia menaati hukum-hukumNya, tetapi justru sebaliknya hanya karena anugerahlah yang memungkinkan manusia hidup sesuai dengan hukum-hukum Allah yang berkenan kepada-Nya.

Keselamatan dalam kekristenan bukanlah upah karena perbuatan baik, tetapi hanya karena anugerah Allah di dalam Kristus dan karya Roh Kudus yang melahirbarukan orang percaya. Allah adalah titik awal dari keselamatan, permulaan dari pemulihan hidup kita, dari yang fana menjadi yang bernilai kekal. Mungkin memang benar banyak jalan menuju Roma, tetapi hanya ada satu jalan keselamatan untuk manusia berdosa, yaitu hanya melalui Kristus sebagai jalan pendamaian satu-satunya yang memulihkan relasi manusia dengan Allah yang telah rusak akibat dosa (Rm 3:23-25a). Manusia dibenarkan / diperdamaikan dengan Allah jika mereka beriman kepada Kristus. Kehadiran Iman kepada Kristus adalah sebuah anugerah yang menunjukkan bahwa kita tidak mampu untuk memilikinya, ini bukan hasil usaha kita tetapi merupakan pemberian Allah supaya tidak ada orang yang dapat memegahkan dirinya (Ef 2:8-9).

Iman kepada Kristus memang sangat berbeda dengan iman-iman yang lain walau dalam manifestasinya, iman yang lain bisa begitu mengesankan. Iman kepada Kristus tidak bicara soal pencapaian prestasi rohani, perilaku dermawan ataupun pengorbanan yang dapat mengesankan manusia (I Kor 13:1-3) tetapi perkenanan Allah dan ketaatan dalam relasinya dengan Allah yang hidup itu (Ibr 11). Namun Alkitab juga menyaksikan bahwa jika hidup keagamaan kita yang mengaku memiliki iman kepada Kristus, tapi tidak melakukan hal-hal yang lebih benar dari perbuatan-perbuatan keagamaan iman-iman yang lain, maka Tuhan Yesus berkata celakalah kita (Mat 5:20), hal ini berarti iman yang kita miliki itu adalah iman yang mati yang tidak termanifestasi dalam perbuatan-perbuatan yang baik dan benar (Yak 2:17). Bagaimana manusia berdosa bisa beriman kepada Kristus sehingga diselamatkan? Iman kepada Kristus hanya dapat dianugerahkan oleh Allah melalui karya Roh Kudus. Roh Kudus yang memenuhi tubuh inkarnasi Kristus adalah roh yang sama yang akan memenuhi tubuh Kristus yang baru, yaitu Gereja-Nya untuk melanjutkan pekerjaan Kristus selama inkarnasi (Kis 2:33, Yoh 14:12). Mereka yang telah menerima anugerah keselamatan itu tidak mungkin bermalas-malasan dan masih memiliki agenda pribadi dalam kehidupan mereka lagi, karena hidup yang mereka hidupi sekarang ini adalah hidup oleh iman dalam Kristus yang telah mengasihi dan menyerahkan diri-Nya untuk mereka (Gal 2:20). Mereka telah menjadi hamba Kristus, yang terpanggil untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh Tuan mereka. Adakah panggilan itu di dalam hidup kita selama ini? Apakah kuasa Roh Kudus membawa diri kita semakin mendekat kepada Allah? Apakah saya memiliki kehausan akan kebenaran Firman Tuhan? Semua ini adalah tanda-tanda yang mungkin akan timbul jika kita ada di jalan yang benar dalam pencarian kita akan Allah yang benar. Kasih dan kemurahan Allah diberikan kepada manusia bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi semua karena rahmat-Nya, melahirbarukan dan memperbaharui melalui karya Roh Kudus yang dilimpahkan kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita supaya kita sebagai orang yang dibenarkan  oleh kasih karunia-Nya berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita. Roh Kudus akan membawa setiap orang percaya kepada seluruh keselamatan (Titus 3:4-7).

Soli Deo Gloria…